Siapa bilang kamera analog yang menggunakan gulungan film tidak lagi diminati?. Kamera mekanis tanpa ragam-ragam elektronik ini terbukti masih digemari meskipun teknologi fotografi digital terus berkembang kencang. Kamera dengan klise itu masih digunakan kalangan pecinta fotografi film atau analog. Jumlah penggunanya malahan tidak dapat dibilang sedikit.
Entah apa penyebab-Nya hits kembali, meskipun banyak perusahaan kamera menghentikan produksi kamera filmnya bertahun-tahun lalu dan menggantikan dengan kamera digital. slot gacor rtp Begitu juga dengan roll film, semakin sulit dicari semakin mahal. Wajar memang, undang-undang permintaan dan kelangkaan membuat semua harga kamera analog dan aksesorisnya semakin mahal.
Kamera analog memang tidak mudah untuk digunakan. Jumlah gulungan film yang terbatas membuat orang lebih menentukan trade-off antara momen yang diambil dan jumlah gulungan film. Kamera ini seharusnya dikokang terutamanya dulu untuk menyiapkan lembar film yang baru. Perhitungan dan keyakinan diperlukan sebelum jari menekan tombol shutter.
Tidak ada layar mungil pada bodi kamera yang menonjolkan hasil jepretan kamera. Yang ada cuma ada rol film yang terus berkurang bersamaan dengan jumlah momen yang diabadikan. Sensitifitas sinar (ISO) yang tidak dapat diubah lewat bodi kamera membuat seseorang lebih berhati-hati dalam mengalkulasi intensitas rtp gacor sinar di sekitar obyek. Ketidakpraktisan itu menjadi obat kerinduan bagi pengguna lama sekaligus pemuas rasa ingin tahu bagi orang yang belum pernah mencicipi sensasi menggunakan kamera analog. Ketidakpraktisan itu juga yang menjadi seni dalam menggunakan kamera analog.
Di balik itu semua, kamera analog memiliki suatu aspek yang disukai banyak orang ialah warna yang dapat dijadikan. Hasil dari sinar yang dilukis di dalam rol film bertumpu pada ragam rol film yang digunakan. Pemilihan ragam rol film yang pas akan menjadikan tone warna yang indah tanpa perlu pelaksanaan edit secara digital.
Warna yang indah itu dipercantik lagi dengan timbulnya bintik-bintik hasil dari pencucian dengan bahan kimia. Tidak cuma mempercantik, bintik-bintik yang kerap kali disebut grain ini juga memunculkan kesan retro. Kesan yang menyeret perasaan dan imajinasi seseorang untuk menilik depo pulsa masa lalu seakan foto yang diambil berasal dari sebagian dekade yang lampau.
Kini mencuci foto bukan cuma berarti mencetak foto, tapi memindahkan hasil foto dari klise film ke format digital dengan cara memindai (scan) sehingga konsisten dapat disimpan atau malahan diunggah ke media sosial dengan mutu baik.
ada pula yang tertarik dengan fotografi analog sebab mutu gambar yang dijadikan dianggap lebih baik. Adapula yang bergembira dengan desain kamera analog yang unik dan kuno sebab telah tidak diproduksi lagi. Produk yang beredar di pasaran hampir semuanya barang bekas.
Seketika, apa alasan di balik popularitas fotografi analog yang kembali muncul akhir-akhir ini? Apakah ada sensasi tersendiri ketika memotret dengan analog?
1. Cara yang tidak instan membuat kita lebih tabah
2. Wujud kamera analog betul-betul estetik dan unik
3. Kamera analog membuat kita lebih paham cara kerja kamera
4. Kalian dapat belajar tentang pencahayaan dan warna
5. Foto yang ‘gagal’ malahan konsisten nampak artistik
6. Sensasi berada di kamar gelap betul-betul menyenangkan
Tidak selamanya kita menjadikan foto yang total. Ada kalanya, menjadikan foto ‘gagal’. Yang kita hasilkan ini malahan konsisten nampak artistik. Justru, hasil foto yang ‘gagal’ ini malahan menjadikan karya seni yang indah.